cerpen, cerita cinta

Tentang perasaan yang bertolak belakang, aku penyuka es lemon sedangkan kamu penyuka kopi dengan aromanya yang pekat. Kita sering duduk bersama di bibir pantai di kala matahari mulai tenggelam, kau dengan pemikiran tajammu dengan segala teori, sedangkan aku malas untuk berpikir lebih tepatnya mendahulukan sebuah perasaan. Tapi, aku senang saat kau bercerita banyak hal, meskipun aku sulit menangkap segala ceritamu, jika aku tidak menyukai mungkin sudah aku sambat, tapi menyenangkan dengan perbedaan ini.

Kamu adalah laki-laki kaku, tidak peka, egois, cobalah sesekali melihat dengan lubuk hatimu, dengan perasaanmu tidak dengan segala teorimu, kamu pintar tapi bodoh dengan tindakanmu, tidak semua orang bisa paham apa yang kamu bicarakan, lawan bicaramu bukan setara sepertimu. Meskipun aku kesulitan mencari bahan topik untuk di bicarakan dari sini pula aku belajar, ah.... berat, aku tak suka berpikir berat.

Kamu berkata apa yang kamu suka. Perkataanmu saat kita duduk di caffe, kamu dengan buku yang tengah di baca dengan segelas kopi hangat, saat itu di luar sedang hujan deras. "Aku menyukaimu" jawaban ini tak terkendali dengan sendirinya keluar dari mulutku. Malu, wajahku memerah, jantungku terasa mau copot.

Dia menganggap ucapan itu hanya guyonan, itu bagus jika dia menganggap seperti itu. Ah sialnya dia ngomong sesuatu saat hendak pulang. "Terima kasih ungkapanmu, tapi aku hanya suka saat kita ngobrol bareng, bukan yang lain". Aku berlari berteriak "Heeiii... Kamu, cobalah membuka diri, semua hal tidak bisa kau teorikan.” Tak apa hujan turun, setidaknya bisa memanipulasi perasaan ini. Ah... Kacau sekali hari ini. Semoga besok cuacanya panas.

Sudah seminggu kita tidak tegur sapa, dia menjauh, aku hanya bisa diam. Cuaca panas sekali, ke pantai lebih asyik nih, tidak banyak mikir langsung pergi ke pantai lalu membeli es lemon. Tenggorokan begitu segar, sampai ke hati pun ikutan segar. Teringat duduk di bibir pantai, ah sudahlah, rasanya menyakitkan. Kopi dan lemon sama-sama meninggalkan rasa pahit.

Saat musim hujan mereka tengah asyik mengopi dengan beralasan tenang, bikin hangat, para pemikir keras teman untuk berpikir dengan segala asumsi-asumsinya. Saat musim panas mereka suka meminum es lemon, bikin segar rasa panas pun hilang. Setelah itu keduanya sama-sama meninggalkan rasa pahit, mereka bilang hidupku pahit seperti kopi, rasa kopi pun tak terasa pahit karena sudah terbiasa. Kopi dan lemon memiliki rasa pahit yang berbeda, maka dari itu kita bertolak belakang akan perasaan ini.

Lianli penikmat senja dan musik. Dapat bersua maya melalui Instagram: @lianli06